Media Sebagai Sumber Informasi Para Difabel Penderita Kusta

Penyakit kusta atau lepra merupakan penyakit gangguan pada kulit, yang juga dikenal dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen. Kementerian Kesehatan mendata jumlah kasus penyakit kusta per tanggal 24 Januari 2022 terdaftar 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus. Masih ada 6 provinsi yang memiliki kasus penyakit kusta cukup tinggi diantaranya Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. 

Penanganan penyakit kusta

Bakteri Penyebab, Gejala Dan Penularan Kusta

Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri kronis disebut Mycobacterium Leprae yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kusta diantaranya sistem kekebalan tubuh yang terganggu, menetap di daerah endemik kusta dan bersentuhan dengan hewan yang dapat menyebarkan bakteri kusta seperti Armadillo.

Bakteri kusta memerlukan waktu yang lama untuk berkembang biak sehingga tidak tampak jelas di awal pasien terjangkit. Bahkan dalam beberapa kasus gejala kusta akan muncul setelah berkembangbiak di tubuh penderita selama bertahun-tahun, beberapa diantaranya ditemukan setelah 10 tahun terjangkit bakteri. Kusta atau lepra ditandai dengan lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki kemudian diikuti munculnya lesi di kulit, kulit tidak berkeringat terasa kering juga kaku, luka yang tidak terasa nyeri di kaki, bengkak atau benjolan di wajah dan telinga, saraf membesar, otot melemah, mata menjadi kering, mimisan, hidung tersumbat atau kehilangan tulang hidung.

Penyebaran atau penularan penyakit kusta melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Selain itu, dapat pula ditularkan oleh proses kontak langsung kulit dengan penderita. Namun perlu diketahui bahwa kusta bisa menular jika terjadi kontak langsung dalam waktu yang lama. Bakteri penyebab kusta atau lepra tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah, karena bakteri ini juga membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.

penyakit kusta

Pengobatan dan Penyembuhan

Penyembuhan penyakit kusta dilakukan dengan memberikan obat antibiotik yang dikonsumsi 1 – 2 tahun. Obat antibiotik diberikan dengan durasim jenis dan dosis yang disesuaikan dengan jenis kusta yang diderita. Pengobatan penyakit kusta di Indonesia dilakukan dengan metode Multidrug Therapy (MDT), yaitu prosedur pengobatan yang mengkombinasikan dua antibiotik atau lebih. Jika dibutuhkan, Operasi juga akan dilakukan dengan tujuan mengembalikan fungsi anggota tubuh, menormalkan kembali saraf yang rusak, dan memperbaiki bentuk tubuh yang mengalami kecacatan.

Tantangan Para Difabel Penderita Kusta

Penyakit kusta pada umumnya dapat diatasi dan jarang menyebabkan kematian, namun penyakit ini berisiko menyebabkan kecacatan fisik atau disabilitas. Akibatnya penderita kusta sering mengalami diskriminasi yang berdampak pada kondisi mental psikologis. Pasien kusta dan penyandang disabilitas seringkali kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan informasi mengenai perawatan kusta. Hal ini menyebabkan risiko penularan dan jumlah kasus baru kusta.

Banyak diantara para penyandang disabilitas yang terkena penyakit kusta merasa malu dan tidak percaya diri dengan keadaannya hingga akhirnya mereka menutup diri. Peran keluarga sangat penting untuk membantu mereka, namun tidak sedikit para difabel penderita kusta yang diasingkan oleh keluarganya. Seperti dipisahkan dari tempat tinggal atau diberikan ruangan khusus dan tidak diperbolehkan makan bersama keluarga termasuk menggunakan perlengkapan makan yang sama.

Media Sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi/Isu Kusta

Banyak Upaya yang dilakukan untuk memberikan edukasi pada Masyarakat tentang penyakit kusta dan hak para difabel penderita kusta untuk mendapatkan perawatan yang layak. Salah satunya yang dilakukan oleh Ajiwan Arief Hendradi, S.S., dan teman-teman difabel yang tergabung dalam media solidernews.com. Media dianggap sebagai corong dan panutan bagi Masyarakat, sehingga cukup efektif untuk menyebarluaskan isu kusta, apa dan bagaimana kusta bisa diatasi.

Penyebarluasan isu kusta oleh Mas Ajiwan dan teman-teman dilakukan dengan menarik melalui tulisan pada media sosial dan elektronik seperti website. Isi penyampaian tentang isu kusta dibuat tanpa terkesan menggurui namun tetap tersampaikan lebih jelas dan mendalam. Diharapkan para pembaca lebih responsif dan tertarik untuk mengetahui dan belajar hal yang sebenarnya tentang isu kusta.

Media Informasi


Banyak para difabel penderita kusta yang tinggal di daerah terpencil. Upaya terus dilakukan dengan memberdayakan orang yang pernah menderita kusta untuk menyebarluaskan pengetahuan terkait bagaimana menangani penyakit kusta termasuk mendampingi mereka dalam proses penyembuhan. Selain itu juga dengan mengunjungi Perguruan Tinggi di daerah-daerah yang masih banyak ditemukan atau dilaporkan pasien penyakit kusta untuk mensosialisasikan penanganan penyakit kusta. Diharapkan para akademis atau mahasiswa dapat menjadi perpanjangan tangan dalam penyebarluasan isu kusta, sehingga para pasien penyakit kusta dapat tertangani dan daerah tersebut menjadi  daerah tereliminasi kusta.


Komentar